Selain dampak kekeringan, lanjut dia, lambatnya penebusan pupuk subsidi di tengah petani Aceh juga karena sedang masa transisi dari penyaluran pupuk bersubsidi secara manual melalui aplikasi Tebus Pupuk Subsidi (T-Pubers) ke penyaluran secara digital menggunakan Kartu Tani Digital (KTD).
“Tahun 2023 ini terjadi perubahan penebusan, kita beralih ke digitalisasi yakni Kartu Tani Digital. Awal tahun 2023 ini, pilot project di Aceh Besar, dan mulai Agustus penerapan itu seluruh Aceh,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, setiap petani penerima pupuk subsidi dalam mendapatkan KTD, maka harus membuka rekening kolektif ke Bank Syariah Indonesia (BSI) dan melakukan aktivasi.
Namun saat ini, menurut dia, belum semua petani di Aceh berhasil melakukan aktivasi KTD, sehingga mereka tidak bisa melakukan penebusan pupuk di kios. Padahal, petani di provinsi paling barat Indonesia itu sudah mulai memasuki musim tanam rendeng, sehingga banyak membutuhkan pupuk.
“Makanya kita berharap kepada Kementan bisa membuka lagi T-Pubers, sehingga petani yang tidak sukses melakukan aktivasi kartu tani digital bisa menebus pupuk di kios dengan memakai aplikasi T-Pubers, atau secara manual pakai KTP,” ujarnya.
Baca juga: Realisasi penyaluran pupuk subsidi di Aceh Timur capai 5.113,2 ton