Kutacane (Antaranews Aceh) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tenggara mengimbau kepada warga terutama yang tinggal di pinggiran sungai untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir akibat tingginya debit air karena musim hujan.
"Dalam sepekan terakhir, hujan terus mengguyur daerah hulu dari Sungai Alas dan Sungai Bulan. Kita minta mereka untuk tingkatkan kewaspadaan," terang Kepala BPBD Aceh Tenggara, Ramadhan Pinem di Kutacane, Kamis.
Ia mengatakan, kedua sungai di kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sumatera Utara itu merupakan daerah hulu dari sejumlah anak sungai, dan perlintasan sungai terpanjang di Aceh yakni Sungai Alas yang berasal dari Kabupaten Gayo Lues.
Dia mengaku, terdapat sejumlah tanggul penahan air sungai pada kedua sungai di wilayah ini belum dilakukan perbaikan, sehingga mengancam warga di daerah aliran sungai tersebut.
Seperti delapan rumah di sepanjang daerah aliran Sungai Alas Kecamatan Bambel terancam hanyut terbawa air, jika sewaktu-waktu debit air sungai menjadi tinggi akibat hujan.
"Untuk itu, kami ingatkan sekali lagi agar warga kita yang berada di daerah aliran sungai mewaspadai tinggi muka air yang dapat berubah sewaktu-waktu, terutama malam hari," katanya.
BPBD setempat, lanjut dia, juga terus melakukan pemantauan khususnya di beberapa desa yang dinilai rawan seperti Pedesi, Biak Muli, Kuning I di Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara, demi mengetahui perubahan tinggi air sungai.
"Secara resmi kita sudah adakan rapat khusus bersama pihak terkait, termasuk TNI/Pori. Realisasi informasi perkembangan cuaca dan kondisi daerah ini, terus kita sampaikan melalui grup WA (aplikasi pesan daring Whatsapp)," ujar Ramadhan.
Wakil Bupati Aceh Tenggara, Bukhari di upacara siaga darurat bencana yang diikuti semua unsur kabupaten itu pekan lalu, telah meminta kepada semua pihak untuk terlibat secara langsung mengantisipasi bencana.
Ia mengatakan, pemerintah setempat telah mengerahkan seluruh alat berat berada di lokasi yang rawan terjadi bencana alam seperti langsor dan banjir, mengingat daerah tersebut dikelilingi wilayah perbukitan.
"Kepada masyarakat di Agara (Aceh Tenggara) kami meminta untuk dapat bergotong royong dalam membersihkan saluran parit, dan selokan. Tetap pertahankan budaya saling membantu, jika bencana alam terjadi," tutur Bukhari.