Sabang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Aceh menyatakan kasus difteri di Provinsi Aceh tercatat sebanyak 129 kasus pada 2019, yang mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
"Terkait dengan kasus difteri memang kita untuk dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan yang signifikan," kata Pengelola Program Imunisasi Seksi Surveilans dan Imunisasi (SIM) Dinas Kesehatan Aceh Helmi di Sabang, Sabtu.
Pernyataan itu disampaikan Helmi di sela-sela menjadi pemateri dalam workshop peran media dalam pemenuhan hak anak, yang diselenggarakan AJI Banda Aceh bekerjasama dengan Unicef di Sabang.
Dia menyebutkan pada 2017 tercatat sebanyak 117 kasus difteri di provinsi berjulukan Serambi Mekkah itu. Kemudian difteri ini mengalami peningkatan mencapai 200 kasus pada 2018.
"Memang ada terjadi penurunan di 2019 menjadi 129 kasus. Kalau secara nasional memang kita termasuk provinsi yang paling banyak kasus difterinya," ujarnya.
Helmi menjelaskan, yang menjadi kendala sehingga membuat kasus difteri masih tinggi di provinsi paling barat Indonesia ini ialah sikap masyarakat yang masih belum rajin membawa anak-anaknya untuk diimunisasikan.
Dia mengatakan, kasus difteri ini merupakan penyakit yang dapat dilakukan pencegahan, caranya melalui imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus), yang merupakan program pemerintah melalui Kementerian Kesehatan hingga bermuara ke posyandu.
Beberapa penyakit menular pada anak-anak yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, campak, dan lainnya. Dan saat ini difteri menjadi momok bagi daerah Aceh, dengan komplikasinya yang muncul.
"Kalau masyarakat rajin dan paham tentang pentingnya imunisasi, khususnya imunisasi DPT maka penyakit difteri yang sangat menakutkan itu akan tercegah di Aceh ini," katanya.