Banda Aceh, 7/1 (Antaraaceh) - Rahmad Kenedy adalah Koordinator Pos Badan SAR Nasional (Basarnas) Meulaboh membawahi tujuh kabupaten/kota di wilayah barat selatan Aceh (barsela), asam manis dalam dunia relawan sudah dirasakan.
Pria kelahiran Lampuuk, Aceh, 13 Oktober 1975 ini, sejak kecil bercita-cita menjadi anggota militer, apalah daya impian tersebut terbentur dengan keingginan sang ayah berharap banyak anaknya menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS).
"Ayah saya seorang tentara, namun saya tidak diizinkan menjadi tentara seperti dirinya. Karena saya bercita-cita jadi tentara, saya coba bergabung dengan Basarnas," katanya di Meulaboh.
Tekatnya yang keras memberanikan diri bergabung bersama komunitas berbaju orange, waktu itu tahun 2002 Basarnas baru dua tahun ditempatkan di Aceh, satu tahun bergabung dan berbakti secara suka relawan akhirnya 2003 kesampaian cita orang tua dirinya diangkat menjadi PNS Basarnas.
Satu tahu berselang tepat di akhir 2004, provinsi ujung barat Indonesia ini digoyang gempa berkekuatan 8,9 skala rigter disusul gelombang tsunami, disanalah tugas pertama relawan Aceh berkerja siang dan malam melakukan evakuasi warga.
Tidak menghiraukan anak dan istri tinggal di rumah, selama enam bulan lebih saat bencana datang dirinya tidak pulang ke rumah, siang malam melakukan evakuasi mayat yang terhimpit kayu dan bangunan sampai-sampai tidur bersama kumpulan mayat-mayat tsunami bersama 13 orang rekan lain yang masih hidup.
"Selama enam bulan saat tsunami saya tidak dinas, tanpa gaji, tidak pulang ke rumah, hanya karena diri saya memiliki komitmen hidup sebagai seorang pekerja relawan, tidak melihat waktu ataupun uang," sebutnya.
Itulah salah satu kesan yang sulit dilupakan menjadi seorang pekerja sosial di tengah manusia kalang kabut merasakan dunia sudah hancur karena bencana maha dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
Meskipun pengalaman tersebut sudah berselang 10 tahun, namun sampai saat ini bila dilihat dari rutinitas pria berkulit hitam manis ini belum terlihat dapat menghirup nafas lega sebab pakaian orange tidak sejenak lepas dari badan, senantiasa mempersiapkan diri dan anggota menyikapi potensi bencana alam mengintip wilayah Aceh.
Tidak semua perkerjaan dilalui dengan mudah, sebelum bencana datang dirinya selalu berpesan, meskipun masyarakat Aceh sudah terbiasa dan berpengalaman tidak salahnya sikap waspada bencana terus dilakukan.
Tips Jadi Basarnas
Rahmad Kenedy mengatakan ada empat tips siapapun warga negara Indonesia dapat mengabdikan diri menjadi seorang relawan Basarnas yaitu menyukai perkerjaan, suka menolong orang, tidak mengeluh, tidak ada rasa takut serta tidak mencari uang.
Seorang Basarnas tidak beroreantasi pada mencari uang, keberanian dalam diri tanpa rasa takut menjadi modal dasar dalam berkerja karena yang dihadapi adalah bencana yang tidak melihat tempat, waktu dan besar kecilnya resiko.
"Seorang Basarnas harus memiliki loyalitas tinggi terhadap tugas, tidak peduli besar kecilnya bencana yang sedang dihadapi, terpenting adalah menyelamatkan orang yang masih hidup atau membantu orang yang sedang diterpa bencana," imbuhnya.
Karena kelihatan dan sikap patriot yang tertanam dalam dirinya inilah, diusia yang saat ini termasuk relatif muda dipromosikan menjadi seorang koordinator membawahi tujuh kabupaten/kota wilayah barat selatan Aceh (Barsela).
Tertanam jiwa kepemimpinan dalam dirinya sejak bergabung bersama Basarnas, mampu merangkul rekan-rekan sejawat yang berkerja seprofesi, tidak memandang orang lain lemah dan selalu mengedepankan sikap solidaritas.
Rahmad Kenedy dikenal memiliki keahlian sebagai penyelam, water resque, pendeteksi korban reruntuhan, vertikal resque, CSRR, RAR, penyelamat himpitan kecelakaan lalu lintas serta beberapa keahlian teknis lainnya.
Bakat yang ada pada dirinya tersebut tidak begitu diunggul-unggulkan, apalagi dalam bekerja saat bencana tidak hanya berpedoman pada keberuntungan, akan tetapi membutuhkan skil dan teori mendeteksi strategi penanganan.
Dua tahun sudah dirinya berada di Pos Basarnas Meulaboh dipercayakan mengkoordinir 14 relawan Basarnas berada di wilayah barat selatan Aceh, semuanya dinikmati karena menurut dia sebagai seorang Basarnas adalah pekerja sosial.
Bekerja bersama para relawan meskipun berstatus pegawai negeri akan tetapi tetap harus mengedepankan loyalitas sebagai pekerja sosial disanalah terletak sebuah tanggung jawab seorang abdi negara yang sebenarnya.
Pengalaman kerja yang dirasakan tidak kalah beratnya seperti tugas militer, rasa kepuasan lahir dan batin mengakar dalam diri dengan penuh optimis mengenakan seragam orenge meskipun tidak dalam kondisi di tengah bencana.
"Berhasil tidak dipuji, tidak berhasil dicaci maki" itu pribahasa yang selama ini konotasinya kepada Basarnas. "Kami pun tidak memberikan janji akan keberhasilan, komitmen kami bekerja dan terus berkerja," katanya menambahkan.
Basarnas Yang Sulit Melupakan Bencana Tsunami
Rabu, 7 Januari 2015 17:44 WIB