Meulaboh (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Achris Sarwani mengatakan Kabupaten Aceh Barat masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 1,87 persen di sektor pertanian dan kehutanan, ditengah kontraksi ekonomi secara nasional saat situasi pandemi.
"Selama pandemi COVID-19 yang melanda sejak tahun 2020 lalu, Kabupaten Aceh Barat masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 1,87 persen. Ini sesuatu yang luar biasa," kata Achris Sarwani, Rabu.
Achris juga menyebutkan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Bank Indonesia Perwakilan Aceh juga mencatat perekonomian Aceh Barat mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 6,29 persen.
Ia mengatakan, salah satu faktor tumbuhnya ekonomi di Aceh Barat saat pandemi seperti ini, yaitu pemerintah daerah mampu mengendalikan laju inflasi di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Tujuan dilakukannya pengendalian inflasi, kata dia, adalah untuk menggerakkan perekonomian masyarakat guna menurunkan tingkat pengangguran.
Selain itu, pengendalian inflasi juga bertujuan untuk menurunkan tingkat kemiskinan serta menciptakan iklim investasi yang sehat.
Achris menjelaskan pengendalian inflasi sangat penting dalam menumbuhkan perekonomian di suatu daerah.
Menurutnya, jangan sampai inflasi terjadi pada saat daya beli masyarakat menurun sehingga menyebabkan harga barang menjadi tinggi.
Selain itu, inflasi juga dapat menghambat investasi, menurunkan daya saing produk ekspor, serta akan berpangaruh pula pada sumber pendanaan dari perbankan.
Oleh karena itu ia meminta kepada TPID Aceh Barat bersama seluruh pemangku kebijakan di daerah, agar saling bekerjasama dan meningkatkan koordinasi dalam melakukan pengendalian inflasi daerah.
Sehingga nantinya mampu menjaga kestabilan ekonomi masyarakat, termasuk dalam menyambut Hari Raya Idul Adha 1442 H pada Juli 2021, tuturnya.
Bank Indonesia: Ekonomi Aceh Barat tumbuh 1,87 persen saat pandemi COVID-19
Rabu, 30 Juni 2021 23:17 WIB