Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Aceh memamerkan sebanyak 24 jenis rempah Aceh yang bernilai sejarah karena pernah diperdagangkan hingga ke dunia pada masa kesultanan Aceh silam.
"Ini menunjukkan bahwa Aceh pada masa lalu, jauh sebelum negara merdeka sudah melakukan transaksi perdagangan rempah-rempah Aceh hingga ke bangsa Portugis," kata Kepala Disbudpar Aceh Jamaluddin, di Banda Aceh, Rabu.
Hal itu disampaikan Jamaluddin usai membuka thematic exhibition (pameran tematik) Aroma Rempah Jejak Sejarah Aceh, di UPTD Museum Aceh, di Banda Aceh.
Adapun 24 jenis rempah yang dipamerkan tersebut antara lain lada hitam, lada putih, pala, cengkeh, kopi, jintan, manjakani, biji adas, ketumbar, teh, kemiri, kayu cendana, pinang, beras, kemenyan, kapur barus, kayu gaharu, rotan, tawas, belerang, tembakau, kayu manis, kapulaga dan cuka ie juk.
Jamaluddin mengatakan, Aceh sudah menjadi diplomasi perdagangan rempah-rempah sejak masa kesultanan, hal itu dikuatkan lagi dengan bukti adanya makam orang Turki dan Raja Bugis di Aceh.
"Ini membuktikan bahwa hubungan perdagangan Aceh dengan dunia sudah terjadi sejak masa kesultanan. Karena itu hari ini kita angkat tema aroma rempah jejak sejarah Aceh," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Jamaluddin mengajak masyarakat Aceh terutama kaum milenial untuk berkunjung ke pameran tersebut guna mengetahui dan mendapatkan motivasi terhadap dunia perdagangan rempah-rempah.
"Aceh terus melakukan kajian tentang jalur rempah ini. Apalagi perdagangan rempah Aceh ini sudah mengenal ekspor sejak masa kesultanan, maka kita harap masyarakat Aceh bisa mengunjungi pameran ini," kata Jamaluddin.
Aceh pamerkan puluhan jenis rempah bersejarah di museum Aceh
Rabu, 16 Maret 2022 14:53 WIB