Banda Aceh (ANTARA) - Lembaga Panglima Laot Aceh menyatakan bahwa para nelayan membutuhkan alat komunikasi yang memadai serta pelatihan khusus terkait upaya penyelamatan kecelakaan di laut.
"Masih terbatas alat komunikasi yang dimiliki nelayan. Sebenarnya ini yang harus difasilitasi agar pertolongan pertama bisa optimal," kata Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Tjut Adek, di Banda Aceh, Selasa.
Miftach mengatakan, penyelamatan dan pencarian pada masyarakat nelayan memang sudah lama dimiliki secara adat sejak dulu. Namun, masih terbatas sarana prasarana sehingga upaya yang dilakukan kurang optimal.
Miftach menyampaikan, selain alat komunikasi nelayan Aceh juga belum memiliki kapasitas yang memadai dalam rangka upaya penyelamatan di laut, sehingga ini juga perlu dilakukan sehingga mereka lebih profesional.
"Kita punya usul adanya alat komunikasi dan kerjasama dengan Basarnas untuk memberikan pelatihan khusus kepada nelayan tentang penanganan orang yang butuh pertolongan di laut," ujarnya.
Selama ini, kata Miftach, ketika ada musibah seperti orang tenggelam, hilang atau meninggal di laut nelayan tetap ikut mencarinya. Namun sistem komunikasi sedikit terbatas sehingga tidak bisa berkoordinasi dengan nelayan lain di laut serta pihak terkait di daratan.
"Karenanya sarana prasarana seperti alat penyelamatan, pelampung diperlukan agar bisa membantu lebih awal orang yang musibah di laut," katanya.
Miftach menyebutkan, selama ini banyak kapal nelayan Aceh yang ditabrak kapal kargo dan lainnya. Bahkan dalam tahun ini sudah ada tiga kasus, dan saat terjadi sebaiknya penyelamatan bisa dilakukan nelayan terdekat terlebih dahulu.
Berdasarkan data Basarnas Banda Aceh, pada 2021 lalu terdapat 12 kasus yang melibatkan nelayan Aceh dengan korban mencapai 23 orang, tiga diantaranya meninggal dunia, lima hilang dan 15 lainnya selamat.
"Makanya dibutuhkan alat komunikasi agar mereka bisa saling melakukan penyelamatan bersama, dan kita bisa memanggil tim SAR dengan cepat, maka kita butuh alat komunikasi," demikian Miftach.