"Budidaya ikan kerapu di Lhokseumawe mulai berkembang sejak sepuluh tahun terakhir, di sejumlah keramba (jaring apung) di aliran Sungai Krueng Cunda, Lhokseumawe," kata Kasi Perikanan pada Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Pertanian Kota Lhokseumawe, Erwin Mustafa, Selasa.
Ia mengatakan, dari berbagai jenis ikan budidaya sungai air asin dan air payau yang dilakukan oleh petani di wilayah Lhokseumawe. Jenis ikan kerapu terutama kerapu macan, merupakan jenis ikan yang banyak dibudidayakan oleh petani.
Selain memiliki kecocokan dalam hal pembudidayaannya dengan lingkungan, ikan Kerapu juga memiliki prospek yang sangat bagus di pasaran. Untuk harga ditingkat lokal, harga ikan kerapu berkisar antara Rp90.000 hingga Rp120.000/kg.
Erwin menambahkan, salah satu komoditas perikanan tersebut, lebih banyak berorientasi ekspor, karena, ikan Kerapu hasil budidaya petani di Lhokseumawe dipasok ke Medan, Sumatera Utara, untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara tujuan.
Berdasarkan data yang ada jumlah petani jaring apung di sepanjang aliran Sungai Krueng Cunda, sebanyak 194 petani. Pada setiap petani itu, memiliki satu hingga empat jaring apung.
Sedangkan jumlah produksi ikan Kerapu setiap tahunnya mencapai 35 Ton.
"Karena berbagai faktor pendukung tersebut, maka tidaklah mengherankan jika ikan kerapu jenis tersebut, banyak dibudidayakan oleh petani pada keramba di aliran Krueng Cunda. Apalagi harga kedua jenis ikan itu sangat bersaing di pasaran dan merupakan ikan yang memiliki nilai ekspor," ujar Erwin.