"Saat ini, ada 11 pasien difteri yang sedang dalam perawatan intensif di ruang khusus di RSUDZA Banda Aceh, sembilan anak, dua dewasa," kata Wakil Direktur Pelayanan Media RSUDZA Banda Aceh Azharuddin di Banda Aceh, Selasa.
Jumlah pasien difteri yang dirawat RSUDZA bertambah dibandingkan minggu lalu. Pasien difteri yang dirawat rumah sakit milik Pemerintah Aceh tersebut pada pekan lalu tercatat enam orang.
"Awalnya, pasien difteri ini diprediksi berkurang, namun malah bertambah. Kami juga tidak bisa memastikan setelah ini, apakah jumlah pasien terus bertambah atau berkurang. Kami berharap tidak ada penambahan pasien," katanya.
Azharuddin menyebutkan, pasien difteri tersebut dirawat di tempat khusus dengan penanganan khusus pula. Sebab, difteri tersebut merupakan penyakit berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.
Sementara itu, Kurnia Jamil, dokter spesialis penyakit dalam RSUDZA mengatakan, saat ini ada dua pasien difteri dewasa dirawat di Ruang Penyakit Dalam. Kedua pasien tercatat berasal dari Kabupaten Aceh Besar.
"Dua pasien difteri dewasa itu keduanya wanita, berusia 22 tahun dan 42 tahun. Pasien baru menjalani perawatan selama dua hari. Untuk pasien difteri, harus dirawat hingga 14 hari," kata Kurnia Jamil
Sementara itu, Raihan, dokter spesialis anak pada Ruang Perawatan Anak RSUDZA Banda Aceh, menyatakan ada sembilan anak yang saat ini sedang dirawat karena terjangkit difteri. Umur pasien berkisar empat hingga 16 tahun.
"Yang dirawat kebanyakan tidak pernah mendapat imunisasi. Ada juga yang mendapat imunisasi, tetapi diberikan tidak lengkap. Yang tidak pernah mendapat imunisasi, tercatat tiga pasien," kata dia.
Dengan bertambahnya jumlah pasien tersebut, RSUDZA sejak Januari hingga Desember 2017, sudah menangani 39 kasus diteri. Dari semua kasus tersebut, tiga di antaranya meninggal dunia.
"Yang meninggal dunia karena pasien dirujuk ke RSUDZA dalam kondisi kritis, di mana terjadi infeksi di saluran pernapasan. Pihak keluarga juga menolak pasien menjalani operasi pembuatan saluran pernapasan di leher," kata dia.
Terkait serum antidifteri, Raihan menyebutkan, pihaknya sudah menyampaikan permintaan serum kepada Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Dan hingga kini, pihak rumah sakit masih menunggu kirim serum dari Dinas Kesehatan.
"Kami rumah sakit tidak menyimpan serum antidifteri. Serum antidifteri ditangani Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan akan mengirimkan sesuai permintaan. Biasanya, serum diberikan saat pasien dinyatakan positif difteri. Serum hanya diberikan satu kali," kata Raihan.