Jakarta (ANTARA) - Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, pada Kamis sore, menguat seiring meredanya ketegangan antara Amerika Serikat dan China.
Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis mengatakan Presiden AS Donald Trump menunda kenaikan tarif yang direncanakan untuk barang China setelah negeri tirai bambu itu mengecualikan tarif bagi sejumlah barang AS.
"Situasi itu meredakan ketegangan antara kedua belah pihak saat mereka bersiap untuk pembicaraan di Washington pada Oktober mendatang," katanya.
Terpantau, pergerakan rupiah pada Kamis sore ini menguat 65 poin atau 0,45 persen menjadi Rp13.995 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.060 per dolar AS.
Ibrahim mengemukakan bahwa Amerika Serikat sepakat untuk menunda kenaikan tarif terhadap impor China senilai 250 miliar dolar AS yang sedianya dimulai pada 1 Oktober menjadi 15 Oktober 2019.
Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimen pasar relatif netral. Saat ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sedang menyusun rencana pengembangan 10 kota metropolitan baru guna mendukung pertumbuhan ekonomi 5,7 persen sebagai target jangka panjang.
"Strategi itu dinilai sesuai dengan RPJMN 2020-2024 yang mentargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4 persen hingga enam persen," paparnya.
Ia memprediksi pergerakan rupiah pada akhir pekan pada Jumat (13/9) besok akan bergerak di kisaran Rp13.980-Rp14.060 per dolar AS dengan kecenderungan menguat terbatas.
Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra menambahkan membaiknya sentimen perang dagang memicu minat pelaku pasar terhadap aset berisiko meningkat.
"AS dan China sama-sama memberikan gesture dan indikasi bahwa kedua negara bersedia berdialog dan bernegosiasi untuk mengakhiri perang dagang," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.052 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.063 per dolar AS.