Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut ekonomi Aceh mengalami pertumbuhan sebesar 4,63 persen dengan migas pada triwulan I tahun 2023, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), dan membuktikan pemulihan ekonomi Aceh terus berlanjut pasca pandemi COVID-19.
“Penyumbang paling tinggi berasal dari perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, dengan kontribusi pertumbuhan sebesar 1,66 persen,” kata Statistisi BPS Aceh Yan Yan Gustiana di Banda Aceh, Jumat.
Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar 4,63 persen berasal dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, maupun PDRB atas dasar harga konstan.
Baca juga: Aceh deflasi di Aceh pada Maret 2023, penyumbang terbesar dari cabai merah
BPS mencatat triwulan I tahun sebelumnya, PDRB atas dasar harga berlaku Aceh sebesar Rp48,13 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp33,45 triliun. Sedangkan triwulan I tahun ini, PDRB Aceh atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp54,25 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan juga naik menjadi Rp35,00 triliun.
“Pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I tahun 2023 ini lebih baik dibandingkan triwulan I tahun 2022 sebesar 4,25 persen, maupun triwulan I tahun 2019 sebelum pandemi yang tumbuh hanya 3,84 persen,” ujarnya.
Pada triwulan pertama tahun ini, Yan Yan menambahkan, tidak ada perubahan yang berarti terhadap PDRB Aceh menurut lapangan usaha. Perekonomian Aceh masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 29,61 persen, perdagangan, reparasi mobil serta sepeda motor sebesar 15,56 persen dan konstruksi sebesar 8,79 persen.
Sementara penyumbang pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I 2023 yakni paling tinggi dari perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebanyak 1,66 persen, kemudian juga dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 0,92 persen.
“Sedangkan sumber pertumbuhan negatif berasal dari sektor pertambangan dan penggalian minus 0,49 persen, disusul jasa kesehatan dan kegiatan sosial minus 0,17 persen serta keuangan asuransi minus 0,12 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi Aceh secara (quartal-to-quartal/qtq) pada triwulan I 2023 menunjukkan kontraksi minus 7,06 persen dengan migas dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2022 yang tumbuh 6,78 persen.
Secara qtq, kata dia, lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan cukup besar yakni sektor konstruksi minus 17,78 persen, administrasi pemerintahan dan jaminan sosial wajib minus 14,83 persen, industri pengolahan sebesar minus 12,37 persen.
“Di sisi lain pertumbuhan tertinggi secara qtq dicapai sektor lapangan usaha jasa keuangan 4,28 persen dan jasa lainnya 2,70 persen,” ujarnya.
Baca juga: Inflasi Kota Banda Aceh turun menjadi 4,23 persen