Takengon (ANTARA) - Pelaku usaha di Kabupaten Aceh Tengah diingatkan untuk lebih berhati-hati supaya tidak menjual produk makanan yang mengandung bahan berbahaya.
Asisten Ekonomi Pembangunan Setdakab Aceh Tengah Harun Manzola mengatakan fakta di lapangan masih banyak terdapat makanan yang mengandung bahan berbahaya untuk dikonsumsi masyarakat.
"Antara lain penggunaan bahan tambahan pangan yang melebihi batas yang ditetapkan, serta penyalahgunaan bahan kimia berbahaya seperti boraks dan formalin," kata Harun dalam Sosialisasi Pangan Aman Bebas Bahan Berbahaya di Aceh Tengah, Jumat (9/4).
Dia melanjutkan para pelaku usaha hendaknya untuk lebih cermat dalam memproduksi dan menjual produk pangan. Kata dia jangan sampai menjual produk pangan yang mengandung bahan berbahaya, dan akan dihukum apabila kedapatan.
Harun Manzola juga menyebutkan pemerintah harus hadir guna memastikan dan menjamin makanan yang dikonsumsi masyarakat sehat dan bebas bahan berbahaya.
Dalam pengawasan, kata dia, pemerintah melibatkan segenap instansi terkait seperti Dinas Pertanian/Perkebunan, Dinas Perikanan/Peternakan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Kesehatan, Dinas Pangan, Satpol PP, dan Loka POM di daerah.
"Dan untuk mengkoordinir itu, kegiatan pengawasan pangan di Aceh Tengah telah dibentuk Tim Jejaring Keamanan Pangan, dan sebagai leading sektor adalah Dinas Pangan," katanya.
"Tim ini bersama-sama Loka POM, turun memeriksa bahan pangan di pasar secara periodik, yang tujuannya untuk menjamin pangan dan makanan yang dikonsumsi masyarakat bebas dari bahan berbahaya," ujarnya.
Sementara itu Kepala Loka POM Kabupaten Aceh Tengah Sri Wardono berharap melalui sosialisasi itu dapat memberikan pemahaman tentang pangan yang sehat dan langkah yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan ketidakamanan pangan di masyarakat.
Dia menambahkan Loka POM di Aceh Tengah juga kerap melakukan kegiatan pengawasan seperti pada post market produk yang beredar di sarana distributor ritel pangan, juga kegiatan sampling dan pengujian pangan olahan yang beredar menggunakan mobil laboratorium keliling.
"Dalam kegiatan-kegiatan pengawasan pangan yang dilakukan sering kali ditemukan makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti formalin dan boraks," kata Sri Wardono.
"Misalnya sampai dengan Maret 2021 ini, dari 79 sampel kerupuk yang diuji ditemukan 58 sampel mengandung boraks," katanya lagi.