Banda Aceh (ANTARA) - Aceh mendapat kesempatan sebagai pembicara untuk mempresentasikan dan memperkenalkan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) Lapangan Gas Arun di B20 Investment ForumIndonesia 2022 di Bali kata Direktur Utama PT PEMA, Ali Mulyagusdin.
“Kita mendapat kesempatan menjadi pembicara dalam kegiatan internasional tersebut dan lewat kegiatan ini dapat membuka peluang Lapangan Gas Arun untuk dikomersialisasikan secara global,” katanya di Banda Aceh, Minggu.
Ia menjelaskan Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan salah satu program untuk mendukung Paris Agreement (Perjanjian Paris) yang dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2016 dan mulai berlaku pada 04 November 2016.
Perjanjian internasional tersebut membahas mengenai mitigasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), adaptasi dan keuangan perubahan iklim dan mengawal negara-negara untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan menjaga kenaikan temperatur global tidak melebihi 2°C dan mengupayakan menjadi 1.5°C dalam hal untuk mendukung program Net zero emissions di tahun 2050.
“PT PEMA akan melaksanakan proyek pengembangan Carbon Capture and Storage (CCS) Lapangan Gas Arun,” katanya.
Ia mengatakan keberadaan PT Pema Aceh Carbon akan membuka peluang tenaga kerja lokal Aceh dan memberikan Pendapatan Asli Aceh (PPA) dari hasil komersialisasi penyimpanan (storage) CO2 berskala internasional dan memberikan kontribusi pajak kepada Aceh dan negara Republik Indonesia.
“Kami akan terus meningkatkan kinerja PT PEMA untuk mengeksplorasi berbagai potensi bidang bisnis guna berkontribusi memberikan sustainable profit bagi daerah,” kata Ali Mulyagusdin didampingi Direktur Utama dan CEO Carbon Aceh David Lim.
Dalam kesempatan tersebut ia memaparkan pada November 2021 hingga awal 2022, PT Pembangunan Aceh (PT PEMA) dengan dukungan Pemerintah Aceh telah menandatangani Memorandum of Understanding(MoU) antara PT PEMA dengan Carbon Aceh Pte Ltd yang menjadi dasar pembentukan Joint Venture Agreementyang ditandatangani pada tanggal 27 September 2022.
“PT Pema Aceh Carbon merupakan perusahaan Joint Ventureantara PT PEMA dengan Carbon Aceh untuk mengembangkan proyek Carbon Capture and Storage(CCS) pada Lapangan Gas Arun yang telah mengalami penurunan jumlah produksi gas alam (depleted production)gas dan menjadi potensi sebagai penyimpanan CO2 dalam jumlah besar,” katanya.
Ia menyebutkan Lapangan Gas Arun merupakan lapangan gas terbesar di ASEAN yang dahulu merupakan giant gas fieldsekitar >14 tcf (trillion cubic feet) gas dengan produksi harian sebesar 3400 mmscfd (Million Standard Cubic Feet per Day) gas dan 130 mmbld (Thousand Barrels per Day) kondensat dan dapat diperkirakan kapasitas penyimpanan CO2 lebih dari 1000 juta ton CO2.
Carbon Capture Storage(CCS) merupakan teknologi yang mencegah CO2 dalam jumlah besar yang terlepas ke dalam atmosfer dan mencakup penangkapan CO2 yang diproduksi oleh pabrik industri besar, mengkompresinya untuk ditransportasi dan kemudian dimasukkannya ke dalam formasi batuan yang sangat dalam, di mana itu sebagai penyimpanan permanen di bawah permukaan.
Carbon Capture and Storage(CCS) melalui beberapa rangkaian, seperti pemisahan dan penangkapan CO2 (capture) dengan menangkap CO2 dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil atau biomassa, fasilitas industri, atau langsung dari udara dan rangkaian penyimpanan CO2 (storage) yang bertujuan untuk menyimpan CO2 secara permanen ke dalam formasi geologi di bawah permukaan, di darat atau di lepas pantai.
Ia mengatakan Proyek itu dimulai dengan pembentukan Joint Venture serta menjadi acuan perancangan peraturan di tahun 2022 dan dilanjurkan dengan tahapan Feasibility Study hingga tahun 2024, kemudian di lakukan tahapan Front End Engineering Design(FEED) setelah studi kelayakan selesai hingga tahun 2025.
Selanjutnya pada tahun 2026 hingga tahun 2028 dilakukan tahapan pembangunan fasilitas proyek CCS dan siap menerima CO2 pada tahun 2029.
Carbon Capture and Storage(CCS) akan melalui mekanisme dengan menerima CO2 dari sektor-sektor yang menghasilkan CO2 dan kemudian dialirkan melalui jaringan pipa pengaliran untuk dioperasikan ke tahapan pengelolaan dan dilanjutkan dengan di alirkan melalui jaringan pipa menuju penyimpanan (storage)Lapangan Gas Arun.
Ia mengatakan CO2 yang dihasilkan dari luar Aceh dapat ditransportasikan menggunakan kapal untuk dikirim ke tempat pengelolaan lalu di alirkan ke jaringan pipa menuju penyimpanan (storage)Lapangan Gas Arun.
Menurut dia potensi untuk kegiatan Carbon Capture and Storage(CCS) pada Lapangan Gas Arun terdapat beberapa sektor seperti, pada sektor minyak dan gas bumi di Provinsi Aceh yang dalam tahapan produksi akan menghasilkan CO2.
Ia menambahkan untuk sektor minyak dan gas bumi, Aceh memiliki Wilayah Kerja dengan status yang beragam dimulai dari tahapan eksplorasi, pengembangan dan produksi.
Adapun beberapa wilayah kerja yang tersebar, dimana diperkirakan akan menghasilkan CO2 berskala besar seperti Wilayah Kerja Blok A, Blok B, Andaman I, II, dan terdapat juga sektor selain minyak & gas bumi di Aceh yaitu Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, dengan aktifnya KIA Ladong tentunya akan muncul berbagai macam industri di dalamnya.
Tidak hanya bersumber dari sektor minyak dan gas bumi saja, keberadaan proyek Carbon Capture and Storage(CCS) Lapangan Gas Arun ini menjadi peluang untuk beberapa industri besar lainnya baik berada di Aceh, di dalam negeri bahkan luar negeri memungkinkan untuk dapat menyimpan CO2 ini seperti pada sektor pembangkit listrik, industri petrokimia, pupuk, semen, baja, pulp & kertas, tekstil, hingga beberapa industri di negara ASEAN.
Pihaknya berharap dukungan penuh dari berbagai pihak khususnya Pemerintah Aceh dan masyarakat, karena PT PEMA merupakan 100 persen milik Pemerintah Aceh.