Banda Aceh (ANTARA) - Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr Juhari Hasan menjelaskan bahwa kondisi umat Islam di sejumlah kawasan terlihat kurang menggembirakan baik dari sisi ekonomi, politik, Pendidikan, Iptek maupun sosial-budaya.
Hal tersebut disampaikannya saat memberi materi dalam Seminar Internasional bertajuk “Dakwah Muslim Minoritas di Asia Tenggara” yang dihadiri oleh lima pemateri dari lima negara ASEAN pada Kamis (19/9) di Aula Pasca Sarjana kampus setempat.
“Rendahnya semangat kebersamaan (ukhwah) dan tingginya gerakan kolonialisme telah mendorong umat Islam hidup terkotak-kotak dalam skat-skat nasionalisme dan regionalism tertentu,” sebut Juhari.
Menurutnya, keterkotakan inilah yang menjadi salah satu penyebab munculnya mayoritas dan muslim minoritas.
Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry, Dr Fakhri menyebutkan bahwa pembicaraan muslim minoritas menjadi perhatian internasional, baik secara akademik maupun non-akademik.
“Sejarah mencatat bahwa ada semacam krisis kepercayaan antara muslim dan non-muslim, antara minoritas dan mayoritas,” sebutnya.
Ia menjelaskan, krisis ini timbul akibat dari sekian banyak permasalahan sejak zaman kolonialisme dan imperialisme Barat sampai saat ini yang muncul sengaja maupun tidak sengaja.
“Suatu hal yang tidak bisa kita lupakan dari memori kita bersama bahwa bagi muslim minoritas di Asia Tenggara masih mengalami diskriminasi, ketidakadilan, pelanggaran HAM dan penindasan (dari oknum tertentu),” terangnya.
Menurutnya, hal tersebut dapat dilihat pada kasus yang terjadi pada kaum minoritas muslim etnis Rohingya yang diusir dari tanah kelahirannya di Rakhine, Myanmar hingga akhirnya dari etnis tersebut banyak tersebar ke Bangladesh dan beberapa diantaranya terdampar di Aceh melalui jalur laut.
Dr Juhari: Kondisi umat Islam terlihat kurang menggembirakan
Kamis, 19 September 2019 21:13 WIB