Kuala Simpang (ANTARA) - Delapan bangunan meliputi tujuh rumah warga dan satu pondok bersalin desa (Polindes) yang berada di tepi bantaran sungai Aceh Tamiang Kampung Teluk Halban, Kecamatan Bendahara terpaksa dikorbankan untuk proyek pembangunan talud penahan banjir.
"Sesuai kesepakatan, warga yang tinggal di tepi sungai telah menghibahkan rumah dan tanahnya untuk dibangun talud tanpa ganti rugi demi melindungi kampung dari banjir luapan sungai yang setiap tahun terjadi," kata Datok Penghulu (Kepala Desa) Teluk Halban Amril di Aceh Tamiang, Sabtu.
Saat ini banjir luapan sungai kembali merendam Kampung Tekluk Halban. Rumah warga, ruas jalan, lahan pertanian dan perkebunan juga ikut terendam, meski airnya sudah mulai surut. Bahkan sejumlah rumah warga pinggir sungai terkurung oleh tembok talud yang sedang dikerjakan.
Baca juga: Bank Syariah Indonesia salurkan bantuan untuk korban banjir di Aceh Utara
Dijelaskan Amril setelah digaris lurus oleh konsultan proyek ada delapan bangunan baik permanen maupun konstruksi papan termasuk Polindes terkena imbas. Sejumlah bangunan tersebut berdiri di atas tanah pribadi masyarakat bukan milik DAS. Saat ini pihak desa sedang mengupayakan agar warga yang telah merelakan tanah dan rumahnya tergusur mendapat bantuan tempat tinggal di luar talud.
"Kami akan membuat proposal usulan ke Pemkab Aceh Tamiang minimal warga kami yang tinggal dipinggir sungai ini bisa mendapatkan tempat tinggal pengganti, karena di kampung Teluk Halban juga ada tanah pemda yang kosong. Pemindahan Polindes juga perlu dipikirkan karena fasilitas umum," ujarnya.
Baca juga: Penyaluran bantuan untuk korban banjir Aceh Utara sudah dua tahap
Dulu, Amril menceritakan keberadaan rumah penduduk di titik talud yang dibangun saat ini sangat jauh dengan bibir sungai jaraknya mencapai 20-an meter. Tapi lambat laun tanah warga nyaris habis terkikis oleh abrasi sungai. Kondisi ini diperparah saat datang banjir badan tanggul banyak jebol tidak mampu lagi menghalau arus luapan sungai.
"Sekarang permukaan air sungai sudah rata dengan jalan kampung, maka mudah meluap. Kalau dulu aliran sungai ini di bawah kami lihatnya dari atas," kenang Amril membandingkan.
Pengawas lapangan proyek talud di Teluk Halban Sopian Muhammad mengatakan saat ini pihak pelaksana/kontraktor terus memacu pekerjaan talud supaya cepat rampung. Mengingat tantangan cuaca ekstrem di pengujung tahun (Oktober-Desember) sangat tinggi. Bahkan dalam kondisi banjir mereka tetap bekerja mengejar target selesai.
Baca juga: Terjebak banjir, warga Aceh Timur butuh perahu
"Saat ini persentase pekerjaan talud sudah sekitar 50 persen. Kalau tidak ada kendala dan halangan berarti bulan Oktober ini selesai. Hari ini pekerjaan sudah tahap cor tiang, ikat besi dan sebagian dinding talud sudah mau selesai," sebut Sopian Muhammad alias Wak Leng.
Wak Leng mengatakan proyek talud material batu kali di Teluk Halban bersumber dari APBA tahun anggaran 2022 sebesar Rp1,4 miliar. Panjang talud yang dibangun mencapai 375 meter dan tingginya 2,4 meter.
Pengawas pekerjaan di lapangan ini mengakui banjir luapan sungai di Teluk Halban menjadi hambatan tersendiri bagi pekerjaan proyek fisik yang langsung berdampingan dengan tepi sungai.
"Sebagian tukang/pekerja terpaksa libur menunggu air surut. Kami juga menggunakan mesin penyedot air agar bisa bekerja secara maksimal," ujar Wak Leng.
Tujuh rumah dan satu Polindes dikorbankan demi lindungi kampung dari banjir
Minggu, 9 Oktober 2022 12:18 WIB